BAB II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT
SASTRA ANAK
1.
PENGERTIAN,
SIFAT, DAN HAKIKAT SASTRA ANAK
Dalam kehidupan
sehari-hari, sering kita mendengar orang menyebutan atau mengucapkan ata sastra anak, cerita anak atau bacaan anak. Namun
kenyataannya, istilah sastra anak dalam beberapa kamus istilah sastra, seperto Kamus Istilah Sastra (Panuti Sudjiman,
1990: 71-72) dan Kamus Istilah Sastra (Abdul
Rozak Zaidan, et al. 1994: 181-184), tidak ditemukan lema itu. Demikian juga
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:
786-787) atau Kamus Bahasa Indonesia Besar (Kamisa, 1997: 473) pun tidak kita
temukan lema atau sublema sastra anak.
Kata sastra anak merupakan dua patah kata
yang dirangkaikan menjadi satu kata sebut, yaitu dari kata sastra dan kata anak.
Kata sastra berarti ‘karya seni imajinatif dengan unsure
estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa’ (Rene Wellek, 1989). Karya
seni imajinatif yang bermedium bahasa itu dapat dalam bentuk tertulis ataupun
dalam bentuk lisan. Sementara itu, kita anak disini diartikan sebagai ‘manusia yang masih kecil’ (KBBI, 1998:
31) atau ‘bocah’ (KBBI, 1998: 123).
Tentu pengertian anak yang dimaksud di sini bukan anak balita dan bukan pula
anak remaja, melainkan anak yang masih berumur antara 6-13 tahun, usia anak
sekolah dasar. Jadi, secara sederhana istilah sastra anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni yang imajinatif dengan
unsure estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa, baik lisan ataupun
tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang
dunia yang akrab dengan anak-anak’.
Sementara itu, Riris K.
Toha-Sarumpaet (1976: 21) menyatakan bahwa sastra
anak adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh
orang tua. Pendek kata, sastra anak ditulis oleh orang tua untuk anak.
Orang tua jugalah yang mengedit, mengilustrasi, mencetak, menerbitkan,
mendistribusikan, memilihkannya di rumah atau di sekolah, seringkali
membacakannya, dan sesekali membicarakannya. Orang dewasa pulalah yang
membimbing anak dalam memilih dan mengusahakan bacaan yang baik bagi anak.
Sebenarnya, tidak semua
sastra anak itu ditulis oleh orang tua. Penulis sastra anak dapat juga
dilakukan oleh anak-anak itu sendiri, misalnya anak yang telah berumur sepuluh
atau sebelas tahun ke atas, sudah dapat menulis puisi atau catatan harian dalam
majalah Bobo dan sebagainya. Memang
pada umumnya sastra anak itu ditulis oleh orang dewasa atau orang tua untuk anak-anak. Sementara
itu, istilah cerita anak merupakan
istilah yang umum untuk menyebut sastra anak yang semata-mata bergenre prosa, seperti dongeng, legenda, mite yang diolah kembali
menjadi cerita anak., dan tidak termasuk jenis puisi anak atau drama anak.
Istilah bacaan anak lebih menekankan
pada media tertulis, bahasa tulis, dan bukan bahasa lisan. Bacaan anak tidak
terbatas pada hal-hal yang bersifat pengetahuan, keterampilan khusus, komik
atau cerita bergambar, cerita rakyat, dan sebagainya.
Sifat dan hakikat
sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas
milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sifat sastra anak lebih menonjolkan
unsure fantasi. Sifat fantasi ini terwujud dalam eksplorasi dari yang serba
mungkin dalam sastra anak. Anak-anak menganggap segala sesuatu, baik benda
hidup maupun benda mati, itu berjiwa dan bernyawa, seperti diri mereka sendiri.
Segala sesuatu itu masing-masing dianggap mempunyai imbauan dan nilai tertentu.
Di situlah letak kekhasan hakikat sastra anak, yaitu bertumpu dan bermula pada penyajian
nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam
alam kehidupan semesta (Sarumpaet, 1976: 29).
2.
CIRI
SASTRA ANAK
Riris K. Toha-Sarumpaet
(1976: 29-32) mengemukakan bahwa ada 3
ciri yang menandai sastra anak itu
berbeda dengan sastra orang dewasa. Tiga ciri pembeda itu berupa:
a. Unsur
pantangan
b. Penyajian
dengan gaya secara langsung
c. Fungsi
terapan
Unsur pematangan merupakan unsur yang secara
khusus berkenaan dengan tema dan amanat. Secara umum, dapat dikatakan bahwa
sastra anak menghindari atau pantangan terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekejaman,
prasangka buruk, kecurangan yang jahat, dan masalah kematian. Apabila ada
hal-hal buruk dalam kehidupan itu yang diangkat dalam sastra anak, misalnya
masalah kemiskinan, kekejaman ibu tiri, dan perlakuan yang tidak adil pada
tokoh proagonis, biasanya amanatnya lebih desederhanakan dengan akhir cerita
menemui kebahagiaan atau keindahan, misalnya dalam kisah Putri Salju, Cindrella, Bawang Merah Bawang Putih, Limaran, Cindelaras,
dan Putri Angsa.
Penyajian
dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian
cerita merupakan deskripsi secara singkat dan langsung menuju sasarannya,
mengetengahkakan gerak yang dinamis, dan jelas sebab-sebabnya. Deskripsi itu
diselingi dengn dialog itu terwujud suasana yang tersaji perilaku
tokoh-tokohnya amat jelas, baik sifat, peran, maupun fungsinya dalam cerita.
Biasanya lebih cenderung digambarkan sifat tokoh yang hitam putih. Artinya,
setiap tokoh baik atau tokoh buruk.
Fungsi
terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat
informative dan mengandung unsur-unsur
yang bermanfaat, baik untuk pengetahan umum, keterampilan khusus, maupun
untuk pertumbuhan anak. Fungsi terapan dalam sastra anak ini ditunjukkan oleh
unsure-unsur intristik yang terdapat pada teks karya sastra anak itu sendiri,
misalnya dari judul Petualangan Sinbad akan
memberikan informasi yang berupa kata atau nama tkoh, anak akan bertambah
pengetahuannya tentang negeri asal kata atau tokoh itu, letak negeri itu, apa
yang tetrkenal di negeri itu, dan sebagainya.
3.
JENIS
SASTRA ANAK
Seperti halnya karya
sastra secara umum, jenis sastra anak juga terdapat bentuk prosa, puisi, dan
drama. Jenis prosa dan puisi sastra anak adalah yang paling banyak ditulis
orang. Sementara itu, jenis karya sastra drama anak sangat jarang ditulis dan
bukan berarti tidak ada.
Hakikat dan sifat
sastra anak dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yang dilihat dari kehadiran
tokohnya, yaitu:
a. Jenis
karya sastra anak yang mngetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda
mati, sperti batu, sungai, air, lautan, septum, dan kue.
b. Jenis
karya sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda
hidup yang bukan manusia, seperti bunga sepatu, buaya, iakn hiu, pelandu, si
Kancil, dan rumput
c. Jenis
karya sastra anak yang mengetengahkakn tokoh utama yang berasal dari alam
manusia itu sendiri, seperti dalam kisah Cinderella,
Putri Kerudung Merah, Bawang Merah dan Bawang Putih, dan Putri Salju. Jenis
sastra anak yang pertama dan kedua itu meskipun tidak menghadirkan tokoh
manusia, tokoh-tokohnya tetap dapat berbicara, berperilaku, dan berpersaan
seperti halnya pada diri manusia.
4.
FUNGSI
SASTRA ANAK
Sastra anak memiliki
fungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta
menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat
tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan
kreativitas, serta member pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi
hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang
membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun
kecerdasan emosinya.
B.
APRESIASI
SASTRA ANAK
1.
PENGERTIAN
APRESIASI
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, apresiasi
berarti:
a. Kesadaran
terhadap nilai-nilai seni dan budaya
b. Penilaian
(penghargaan) terhadap sesuatu
c. Kenaikan
nilai barang karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu
bertambah (KBBI, 1998: 46).
Arti pertama kata apresiasi itu bertalian
dengan kesadaran (orang atau masyarakat) terhadap nilai-nilai seni dan budaya.
Setiap karya seni dan budaya itu tentu memiliki nilai-nilai yang berguna bagi
kehidupan, baik nilai keindahan, nilai religious, nilai pendidikan, nilai
hiburan, maupun nilai moral. Semua nilai yang terkandung dalam karya seni dan
budaya membimbing manusia ke arah kehidupan yang lebih beradab, lebih baik, da
lebih manusiawi. Kesadaran orang terhadap nilai-nilai dalam karya seni dan
budaya seperti itulah yang disebut apresiasi.
Arti kedua kata apresiasi bertalian dengan
penilaian atau penghargaan terhadap sesuatau hal atau masalah. Penilaian atau
penghargaan semata-mata diukur dengan nilai uang. Memnghargai sesuatu hal atau
masalah berarti pula kita ini member perhatian, member penghormatan, menjunjung
tinggi sesuatu itu, mengindahkn hal yang diamanatkan, dan kalau perlu
melaksanakan sesuatu hal atau masalah yang terkandung di dalamnya. Ada sesuatu
nilai yang terdapat dalam karya (seni atau budaya) yang perlu digali, lalu
hasilnya kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Arti ketiga kata apresiasi bertalian dengan
dunia ekonomi. Harga barang dan nilai suatu mata uang ditentukan oleh pasaran.
Jika permintaan barang dan mata uang tertentu di pasaran sedang besar atau
meningkat maka nilai barang atau mata uang tertentu lesu, lemah atau turun
drastic maka apresiasi terhadap barang atau mata uang itu tentu merosot juga.
Sehubungan dengan yang
kita bahas adalah pembelajaran sastra anak, maka pengertian apresiasi yang kita
maksudkan disini adalah pengertian pertama dan kedua, yaitu:
·
Kesadaran kita terhadap
nilai-nilai seni dan budaya (sastra anak)
·
Penilaian atau penghargaan
kita terhadap sesuatu (sastra anak)
2.
PENGERTIAN
APRESIASI SASTRA ANAK
Panuti Sudjiman (1990:
9) dalam buku Kamus Istilah Satra memberi
batasan apresiasi sastra adalah
penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan pada pemahaman. Sementara
itu, Abdul Rozk Zaidean et. al. (1994: 35) dalam buku Kamus Istilah Sastra
mendefinisikakn apresiasi sastra adalah
penghargaan atas karya sastra sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran,
penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap
nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra itu.
Berdasarkan pendapat
ketiga pakar tersebut, maka apresiasi sastra dapat kita paparkan sebagai
berikut:
a. Apresiasi
sastra anak adalah penghargaan (terhadap karya sastra anak) yang didasarkan
pada pemahaman.
b. Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas
karya sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan,
dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra anak.
c. Apresiasi
sastra anak adalah kegiatan menggauli cipta sastra anak dengan sungguh-sungguh
hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap cipta sastra anak.
3.
KEGIATAN
APRESIASI SASTRA
Dalam melaksanakan
apresiasi sastra anak dapat melakukan beberapa kegiatan, antara lain kegiatan apresiasi langsung, kegiatan apresiasi tidak
langsung, pendokumentasian, dan kegiatan kreatif.
a. Kegiatan
Apresiasi Langsung
Kegiatan apresiasi
langsung adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh nilai
kenikmatan dan kekhidmatan dari karya sastra anak yang diapresiasikan.
Kegiatan apresiasi langsung meliputi
kegiatan sebagai berikut:
·
Membaca sastra anak.
·
Mendengar sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan.
·
Menonton pertunjukan sastra anak dipentaskan
b. Kegiatan
Apresiasi Tak Langsung
Kegiatan apresiasi tak
langsung adalah suatu kegiatan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap
karya sastra anak. Cara tidak langsung ini meliputi tiga pokok, yaitu:
·
Mempelajari teori
sastra
·
Mempelajari kritik dan
esai sastra
·
Mempelajari sejarah
sastra
c. Pendokumentasian
Karya Sastra
Usaha pendokumentaasian
karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi sastra yang secara nyata ikut
melestarikan keberdayaan karya sastra. Bentuk apresiasi atau penghargaan
terhadap karya sastra dengan cara mendokumentasikan karya sastra dari
kepunahan. kegiatan dokumentasi dapat meliputi pengumpulan dan penyusunan semua
data karya sastra, baik yang berupa artikel-artikel atau karangan dalam surat
kabar, majalah makalah-makalah, skripsi, tesis, disertasi, maupun buku-buku
sastra.
Untuk latihan
dokumentasi bagi siswa-siswa dapat diminta membuat klipig, berupa guntingan-guntingan
dari Koran atau majalah, dngan topik tertentu.
d. Kegiatan
Kreatif
Kegiatan kreatif juga
termasuk salah satu kegiatan apresiasi sastra. Dalam kegiatan ini dapat
dilakukan adalah belajar menciptakan karya sastra, misalnya menulis puisi atau
membuat cerita pendek. Hasil ciipta siswa dapat dikirimkan dan dimuat dalam
majalah dinding, majalah sekolah, surat kabar, ataupun majalah sastra. Selain
itu, juga dapat dilakukan kegiatan rekreatif, yaitu menceritakan kembali karya
sastra yang dibaca, yang didengar atau yang ditontonnya. Kegiatan kreatif dan
rekreatif jelas menunjang pemahaman dan penghargaan terhadap karya sastra,
yaitu mengajak mereka berminat untuk bergaul dan mencintai karya sastra.
4.
TINGKAT-TINGKAT
APRESIASI SASTRA
cara
meningkatkakn apresiasi seseorang terhadap satra anak itu dapat melalui
kegiatan membaca sastra anak sebanyak-banyaknya, mendengarkan pembacaan sastra
anak sebanyak mungkin, dan menonton pertunjukan sastra anak adalah salah satu
cara dalam upaya mmeningkatkan apresiasi sastra anak.
Sementara itu, menurut Yus Rusyana
(1979: 2) menyatakan ada tiga tingkatan dalam apresiasi sastra, yaitu:
a. seseorang
mengalami pengalaman yang ada dalam cipta sastra anak, ia terlibat secara
emosional, intelektual, dan imajinatif
b. setelah
mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektual seseorang itu bekerja
lebih giat menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya
c. seseorang itu
menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan
penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.
5.
MANFAAT
APRESIASI SASTRA ANAK
lima manfaat
bagi kehidupan ketika mengapresiasi sastra anak, yaitu
a. manfaat estetis;
b. manfaat
pendidikan;
c. manfaat kepekaan
batin atau sosial;
d. manfaat
menambah wawasan;
e. manfaat
pengembangan kejiwaan atau kepribadian.
Estetika
artinya ilmu tetang keindahan atau
cabang filsafat yang membahas tentang keindahan yang melekat dalam karya seni.
Sementara itu, kata estetis artinya indah, tentang keindahan atau mempunyai
nilai keindahan. Manfaat estetis dalam apresiasi sastra anak adalah manfaat
tentag keindahan yang melekat pada sastra anak. Manfaat estesis seperti itu
mempu member hiburan, kepuasan, kenikmatan, dan kebahagiaan batin ketika karya
itu dibaca atau didengarnya.
Mendidik
artinya memelihara dan member latihan (ajaran) mengenai akhlak, budi pekerti,
dan kecerdasn pikir. Manfaaat pendidikan pada apresiasi sastra anak adalah memberi
berbagai informasi tentang proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan.
Peka
artinya mudah terasa, mudah tersentuh,
mudah bergerak, tidak lalai, dan tajam menerima atau meneruskan pengaruh dari
luar. Manfaat kepekaan batin atau kepekaan social dalam mengapresiasi
sastra anak adalah upaya untuk selalu mengasah batin agar mudah tersentuh oleh
hal-hal yang bersifat batiniah ataupun sosial.
Wawasan
artinya hasil mewawas, tinjauan atau
pandangan. Manfaat menambah wawasan dalam mengapresiasi sastra anak artinya
memberi tambahan informasi, pengetahuan, pengalaman hidup, dan
pandangan-pandangan tentang kehidupan.
Manfaat pengembangan kejiwaan atau
kepribadian dari apresiasi sastra anak adalah mampu menghaluskan budi pekerti
seorang apresiator.
C.
PEMBELAJARAN
APRESIASI SASTRA ANAK
Pembelajaran
apresiasi sastra anak di sekolah dasar meliputi tiga tahapan yang harus dilalui
seorang guru, yaitu :
1.
Persiapan Pembelajaran
Tahap persiapan
pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar bagi seorang guru dapat
menyangkut dengan dirinya, yaitu
a. persiapan
fisik, dan
b. persiapan mental.
Fisik seorang
guru harus sehat jasmaninya, tidak sakit-sakitan. Mentalnya pun harus sehat
jiwanya, tidak sakit ingatan.
Sementara itu, hal-hal teknis yang
perlu dipersiapkan adalah:
1) Memilih
Bahan Ajar
Bahan ajar dapat diperoleh dari buku-buku
bacaan sastra anak di perpustakaan sekolah, perpustakaan pemerintah daerah,
took buku ataupun buku pelajaran sekolah yang sudah tersedia. Namun apabila
belum tersedia dalam buku pelajaran sekolah, seorang guru harus mencarinya ke
tempat-tempat tersebut. Bahan ajar harus sesuai dengan anak didik sehingga
pertimbangan usia anak didik menjadi pilihan utama. Keberagaman tema,
keberagaman pengarang, dan bobot atau mutu karya sastra yang akan dijadikan
bahan ajar juga menjadi pertimbangan yang matang. Menentukan metode harus
disesuaikan dengan kemampuan guru dan kebutuhan serta kesesuaian dengan keadaan
siswa. Menuliskan persiapan mengajar harian merupakan salah satu bentuk
keprofesionalan seorang guru. Penulisan PMH itu juga menunjukkan bahwa guru
siap secara lahir batin hendak menyampaikan pembelajaran apresiasi sastra anak
di sekolah dasar.
2) Menentukan
Metode Pembelajaran
Beberapa metode untuk
pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar yang sekiranya cocok dapat digunakan,
antara lain:
a) Metode
berkisah;
b) Metode
pembacaan
c) Metode
peragaan
d) Metode
Tanya jawab
e) Metode
penugasan
Metode berkisah dapat
diberikan oleh bapak atau ibu guru di
depan kelas dengan membawakan sebuah kisah. Secara lisan metode berkisah
dapat disampaikan selama 15-25 menit untuk menarik perhatian siswa. Metode
berkisah tidak sama dengan metode berceramah. Kisah tidak semata-mata
disampaikan monoton dengan narasi, tetapi perlu selingan dialog dan humor
dengan suara yang berubah-ubah.
Metode pembacaan perlu diberikan
kepada siswa untuk melatih vocal. Pembacaan puisi dengan suara nyaring kan
lebih menarik. Dalam melaksanakan metode pembacaan ini perlu diperhatikan
irama, intonasi, lagu kalimat, jeda, dan nada dngan tinggi rendahnya suara atau
panjajng pendeknya suara.
Pada awalnya metode peragaan lebih
cenderung diberikan oleh guru untuk memperagakan gerakan-gerakan yang tersirat
dalam teks sastra anak. Metode peragaan ini hampir sama dengan metode
demonstrasi yang mengombinasikan teknik lisan dengan suatu perbuatan. Gerak
raut wajah dan ucapan seorang ketika sedang marah tentu berbeda dengan raut
wajah dan ucapan seseorang yang sedang dirundung kesedihan. Tutur kata, raut
muka, dan gerakan badan seorang tokoh dapat diperagakan oleh guru di depan
muridnya.
Metode Tanya-jawab dapat diberikn
setelah terlebih dahulu siswa ikut terlibat dalam apresiasi sastra anak secara
langsung. Artinya dapat dapat diajukan oleh seorang guru kepada siswanya
setelah siswa itu membaca, mendengar atau menonton pertunjukan pentas sastra.
2.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar dapat dimulai dari kegiatan
pra-KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) hingga KBM di kelas. Kegiatan pra-KBM dapat
dilakukan dengan memberi salinan atau kopi teks sastra, diberi tugas membaca,
menghafalkan, meringkas atau mencatat dan menemukan arti kata-kata sukar yang
terdapat dalam teks sastra. KBM di kelas dapat dilakukan dengan memberi tugas
membaca sajak, membaca cerita, berdeklamasi atau mendongeng di depan kelas,
Setelah itu baru diadakan tanya jawab, menuliskan pendapat, dan berdiskusi
bersama merumuskan isi, tema, dan amanat.
3.
Evaluasi Pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran apresiasi sastra
itu hendaknya mengandung tiga komponen dasar evaluasi, yaitu :
a. kognisi
Aspek kognisi artinya lebih
mengutamakan pengetahuan bernalar atau pengembangan daya pikir sebagai
kecerdasan otak.
b. afeksi
Aspek afeksi artinya lebih
mengutamakan unsur perasaan atau emosional.
c. keterampilan
Aspek keterampilan lebih
mengutamakan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas.
Dalam pembelajaran apresiasi sastra
anak pada umumnya mengenal dua bentuk penilaian, yaitu:
a) penilaian
prosedur, yang meliputi penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar,
dan
b) instrumen atau
alat penilaian, yang meliputi tanya jawab, penugasan, esai tes dan pilihan
ganda.
Oleh karena itu, evaluasi harus dijelaskan komponen dasar yang akan dievaluasi,
artinya harus jelas aspek-aspek yang akan dievaaluasi.
Cara
yang digunakan untuk mengevaluasi, misalnya dengan:
a) Tanya
jawab
b) Penugasan
c) Esai
Tes
d) Pilihan
Ganda
Evaluasi
dengan tanya jawab dapat diajukan secara
lisan ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar di kelas. Bentuk
pertanyaan dapat dibuat dari yang paling sederhana hingga yang paling sukar.
Tentu setiap pertanyaan mengandung bobot, dari yang berbobot paling rendah
hingga yang paling tinggi. Pertanyaan dapat diajukan kepada semua siswa dengan
jawaban tertulis atau langsung tanya jawab secara lisan yang diajukan hanya
kepada beberapa siswa. Jelas dengan cara tanya jawab untuk mengetahui secara
langsung tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya.
Penugasan
merupakan cara evaluasi untuk
pengembangan kepribadian, perluasan daya berpikir siswa dan kreativitas
emosional, serta memupuk keterampilan siswa. Bentuk penugasan dapat dipilih
dari yang paling sederhana, misalnya membaca secara bergantian, menghafalkan
teks sajak yang pendek atau berdeklamasi di depan kelasm hinga meningkat yang
paling kompleks, seperti mencatat dan mencari kata-kata sukar dalam kamus,
memberi ulasan sajak atau merumuskan amanat sajak.Penugasan dapat dilakukan di
kelas ketika sedang berlangsung proses belajar mengajar, misalnya membaca
cerita secara bergantian, membaca sajak, berdeklamasi, dan bermain peran atau
juga sebagai tugas rumah untuk menghafalkan sajak, meringkas cerita, dan menyusun
kamus kecil dari kata-kata yang terdapat dalam teks sajak atau cerita yang
dibacanya.
Esai
tes diberikan kepada siswa untuk melatih menyusun
kalimat secara baik dan benar, berpikir secara teratur dan runtut, dan
menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Untuk esai pembelajaran apresiasi
sastra anak tingkat sekolah dasar perlu dipilih bentuk-bentuk yang paling
sederhana, misalnya ceritakan kembali dengan bahasamu dongeng berikut.
Bentuk
pilihan ganda dalam evaluasi sudah tidak asing
lagi bagi anak-anak sekolah dasar. Dengan cara evaluasi pilihan ganda ini anak
dilatih untuk memilih salah satu dari beberapa jawaban yang tersedia. Anak
tidak diberi kemungkinan untuk mengembangkan diri di luar jawaban yang
tersedia. Meskipun demikian, dengan cara evaluasi pilihan ganda ini sebenarnya
juga menuntun dan membimbing siswa kea rah tujuan yang pasti, Oleh karena itu,
evaluasi pemblajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar pun dapat dibuat
daengan pilihan ganda.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sastra
anak dapat diartikan sebagai ‘karya seni yang
imajinatif dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkakan bahasa, baik
lisan ataupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan
berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak’.
Ada 3 ciri yang menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa, diantaranya:
Unsur pantangan, penyajian dengan gaya secara langsung, fungsi terapan. Sastra
anak memiliki fungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk
kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak.
Pengertian dari kata
apresiasi, yaitu kesadaran kita terhadap nilai-nilai seni dan budaya (sastra
anak) serta penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu (sastra anak).
Jadi karya sastra anak merupakan penghargaan terhadap karya sastra yang dibuat
oleh anak berdasarkan pengalaman, imajinasi, dan penglihatan anak sehingga
menambah motivasi anak untuk meningkatkan karya sastranya.
B.
SARAN
Dalam pembelajaran
apresiasi sastra anak di sekolah, fisik seorang guru harus sehat jasmaninya, tidak
sakit-sakitan. Mentalnya pun harus sehat jiwanya, tidak sakit ingatan. Selain itu juga sebelum melakukan
pambelajaran apresiasi sastra guru harus terlebih dahulu memilih bahan ajar dan
menentukan metode pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Puji,
dkk. (2008). Materi dan Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD.Jakarta:Universitas
Terbuka.
Komentar
Posting Komentar