Pengaruh Metode Pembelajaran Matematika Gasing terhadap Kemampuan Pemahaman Pecahan pada Siswa Kelas IV SDN Purwakarta Tahun 2013
A.
Judul Penelitian
“Pengaruh
Metode Pembelajaran Matematika Gasing terhadap Kemampuan Pemahaman Pecahan pada
Siswa Kelas IV SDN Purwakarta Tahun 2013”
B.
Latar Belakang Masalah
Matematika
merupakan kunci dari semua mata pelajaran sains seperti fisika, kimia, ekonomi,
dan lain sebagainya. Dikatakan demikian karena matematika tidak dapat kita
pahami jika tidak dipelajari terlebih dahulu dasarnya yaitu matematika itu
sendiri. Selain itu ilmu matematika pun sangat penting untuk kehidupan
sehari-hari, karena pada dasarnya aktivitas yang dilakukan manusia setiap
harinya tidak terlepas dari hitung-menghitung dan itu merupakan salah satu ilmu
dari matematika.
Berdasarkan
pengamatan di lapangan didapatkan informasi bahwa matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang dianggap menakutkan, sulit dan membosankan oleh banyak
siswa. Kebanyakan siswa yang sudah benci terlebih dahulu sebelum mempelajarinya
sehingga rasa malas dan takutpun sudah mendominasi, bahkan tak jarang guru
pengampu pelajaran matematika pun ikut imbasnya dianggap sebagai momok oleh
siswa.
Guru
memiliki peran yang sangat penting akan keberhasilan pencapaian pembelajaran
sekaligus memupus citra buruk mata pelajaran matematika di mata siswa. Guru
harus dapat memberikan pembelajaran yang mudah, menyenangkakn, sehingga dapat
dengan mudah dipahami oleh anak. Permasalahan yang sering terjadi dalam
kegiatan pembelajaran adalah anak kurang memahami pemeblajaran yang disampaikan
oleh guru, hal ini salah satunya disebabkan oleh cara mengajar guru yang
monoton sehingga anak menjadi bosan dan malas untuk belajar. Oleh karena itu
guru harus dapat memilih dan menggunakan metode yang tepat, yang dapat membantu
para siswa memahami matematika khususnya materi pecahan secara lebih mudah dan
menyenangkan. Selain itu juga harus sesuai dengan perkembangan anak dan materi
yang akan disampaikan sehingga permasalahan ini dapat teratasi.
Aspek
mata pelajaran matematika kelas empat Sekolah Dasar yang dianggap sulit oleh
siswa adalah aspek pecahan. Anggapan ini mengakibatkan beberapa siswa menjadi
malas dalam belajar matematika dan tak jarang guru pengampu pelajaran
matematika pun ikut imbasnya dianggap sebagai momok yang menakutkan oleh siswa.
Ini mengakibatkan siswa enggan untuk berperan aktif pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung sehingga berdampak pada rendahnya tingkat pemahaman anak
terhadap materi yang diajarkan oleh guru.
Berdasarkan
paparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian eksperimen
dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dengan melihat pengaruh metode
pembelajaran matematika gasing. Namun, agar penelitian tidak meluas, maka pada
pembelajaran matemetia yang emnjadi fokus penelitian yang akan dilakukan ialah
pada konsep pecahan. Hal ini dipilih atas pertimbangan bahwa pecahan selalu
menjadi tantangan yang cukup berat bagi siswa bahkan sekolah menengah. Wearne
dan Kouba (Van De Walle, 2007: 35) melaporkan bahwa hasil dari tes NAEP secara
konsisten telah menunjukkan bahwa para siswa memiliki pemahaman yang lemah
terhadap konsep pecahan. Kelemahan pada konsep pecahan etrsebut dikhawatirkan
dapat mengakibatkan kesulitan pada tahapan memperoleh konsep selanjutnya
seperti desimal dan persen, penggunaan pecahan pada pengukuran, dan sebagainya.
Dari
beberapa hal yang melatar belakangi permasalahan yang telah dibahas doi atas,
sehingga penelitian ini dilakukan dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran
Matematika Gasing terhadap Kemampuan Pemahaman Pecahan pada Siswa Kelas IV SDN
Purwakarta Tahun 2013.
C.
Identifikasi Masalah
Dari
latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya
Pemahaman siswa terhadap materi pecahan mungkin berkaitan dengan metode yang
digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Terkait dengan ini muncul
pertanyaan apakah jika guru menggunakan metode pembelajaran yang gampang, asik,
dan menyenangkan (GASING) maka pemahaman siswa terhadap materi pecahan akan
lebih baik.
D. Pembatasan
Masalah
Dari masalah yang teridentifikasi tersebut pilih
salah satu, mana yang paling menjadi masalah utama dan menjadi faktor yang
sangat mempengaruhi dan sesuai untuk diteliti.
Agar penelitian dapat lebih terarah, maka
permasalahan dibatasi pada pengaruh metode pembelajaran matematika
Gasing terhadap kemampuan pemahaman pecahan pada siswa kelas IV SDN Purwakarta
Tahun 2013.
Dalam
hal ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat pemahaman
terhadap materi pecahan antara siswa yang diberi perlakuan dengan menggunakan
metode Gasing dan siswa yang tidak diberi perlakuan metode Gasing, dengan
demikian metode pembelajaran merupakan
salah satu faktor yang mepengaruhi kemampuan pemahaman siswa terhadap materi
pecahan.
E. Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah
terdapat perbedaan kemampuan pemahaman pecahan antara kelas yang mendapat
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran matematika Gasing dengan
kelas yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.
2. Apakah
terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman pecahan antara kelas yang
mendapat pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran matematika Gasing
dengan kelas yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.
F.
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini ialah:
1. Untuk
menelaah pencapaian kemampuan pemahaman pecahan siswa yang belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran matematika gasing dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.
2. Untuk
menelaah peningkatan kemampuan pemahaman pecahan siswa yang belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran matematika gasing dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.
G.
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengkajian pembelajaran
khususnya di bidang Matematika. Inti permasalahan yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah pengkajian tentang metode matematika Gasing sebagai
metode dalam pembelajaran mengenai konsep Pecahan di SD kelas IV.
Dan juga sebagai perbaikan dan peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa dalam konsep pecahan.
Adapun manfaat
dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi
Peneliti
Sebagai sarana pelatihan pemantapan kemampuan professional untuk menjadi
tenaga pendidik yang handal serta memberikan motivasi belajar peneliti untuk lebih
kreatif dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
2.
Bagi
Siswa
Diharapkan
siswa mendapat pembelajaran
yang Gampang,
asyik, dan menyenangkan sehingga siswa dapat memahami konsep pecahan. Serta memberikan pengalaman belajar baru
sehingga siswa dapat lebih mudah mengikuti proses
pembelajaran di sekolah dan
mengurangi kesulitan belajar yang dihadapinya.
3.
Bagi
Guru
Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi pedoman atau acuan sesuai dalam
proses belajar mengajar sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi,
karakteristik siswa dan kondisi siswa.
H.
Hipotesis
Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Metode Pembelajaran
Matematika Gasing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman pecahan pada siswa
kelas IV SDN Purwakarta tahun 2013.
I.
Kajian
Teori
1.
Metode
Pembelajaran Matematika Gasing
a.
Pengertian
Metode
Ditinjau
dari segi etimologis, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos. Kata ini berasal dari dua suku
kata, yaitu metha yang berarti
“melewati” atau “melalui, dan hodos yang
berarti “jalan” atau “cara”. Oleh karena itu metode memiliki arti suatu jalan
yang dilalui untuk mencapai tujuan.
Menurut
Djamaluddin dan Abdullah Aly (Mastur Faizi, 2012: 13) mengatakan bahwa metode
berasal dari kata “meta” berarti melalui dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi,
metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut
W.J.S. Poerwadarminta (Mastur Faizi, 2012: 13) metode adalah cara yang telah
diatur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang dilalui
untuk mewujudkan tercapainya suatu tujuan tertentu.
b.
Pengertian
Pembelajaran
Setelah
kita memahami makna metode, kata kunci kedua yang harus kita ulas adalah
pembelajaran. Pembelajaran merupakan aktivitas
yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah, artinya keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses pembelajaran. Oleh
karena itu seorang guru harus paham betul akan arti dan pentingnya pembelajaran
sehingga dapat menciptkan proses pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran
menurut Eddy Yusnandar (2012: 30) pada hakekatnya merupakan proses komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran
merupakan terjemahan kata instruction.
Seringkali orang membedakan kata pembelajaran dengan kata pengajaran, akan
tetapi tidak jarang pula orang memberikan pengertian yang sama untuk kedua kata
tersebut Menurut Arief S. Sadiman kata pembelajaran dan kata pengajaran dapat
dibedakan pengertiannya. Pengajaran hanya ada didalam kontes guru-murid di
kelas formal. Sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada di dalam kontes
guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar dan
mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik. (Eddy Yusnandar, 2012: 37).
Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pada hakikatnya pembelajaran
merupakan proses komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung yang
bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Telah
dikatakan bahwasanya keberhasilan pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses pembelajaran. Disini peran
seorang guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran.
Seorang guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat sehingga
kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan siswa dapat memahami
konsep-konsep yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
akan berjalan dengan baik jika guru memiliki kemampuan untuk menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan.
Dari beberapa teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk membuat peserta
didik belajar, artinya terjadinya perubahan tingkah laku dari peserta didik
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c.
Pengertian
Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran merupakan salah satu komponen terpenting dalam kegiatan
pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh terhadapat
efektifitas belajar dan mengajar didalam kelas. Sedangkan metode pembelajaran
yang tidak tepat berakibat pada terhambatnya proses belajar siswa, bahkan
gagalnya para siswa dalam menangkap substansi ilmu yang diajarkan. Oleh
karenanya seorang guru harus benar-benar memilih metode yang tepat agar sesuai
dengan kebutuhan proses belajar mengajar antara guru dan siswa sehingga
pencapapian tujuan pembelajaran dapat diperoleh secara optimal.
Menurut
Syaiful B. Djamarah, dkk. (1995), metode mengajar memiliki kedudukan sebagai
alat motivasi eksentrik dalam kegiatan belajar-mengajar, menyiasati perbedaan
individual anak didik, dan untuk mencapai target atau tujuan pembelajaran. Pada
dasarnya tidak ada metode yang sempurna dan cocok pada semua mata pelajaran.
Setiap metode mimiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Bergantung
bagaimana seorang guru mampu memaksimalkan penggunaan metode tersebut.
Semakin
tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, semakin efektif pula
pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Terdapat beberapa faktor yang
menunjang keefektifan dalam memilih metode pembelajaran diantaranya faktor
guru, anak didik, materi pelajaran, situasi atau lingkungan belajar, media,
fasilitas, sarana serta prasarana, tujuan yang hendak dicapai, dan sebagainya.
Omar
Muhammad al-Toumi (1993) mengatakan bahwa terdapat beberapa ciri dari sebuah
metode yang baik untuk pembelajaran. Pertama, berpadunya metode dengan segi
tujuan, fasilitas, materi, dan pengajarnya dalam sebuah konsep etika yang baik.
Kedua, bersifat fleksibel, luwes, dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa
dan materi. Ketiga, bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktik
dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis. Keempat, tidak mereduksi materi,
namun justru mengembangkan materi. Kelima, memberikan keleluasaan kepada siswa
untuk menyatakan pendapatnya. Keenam mampu menempatkan guru dalam posisi yang
tepat dan terhormat dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Dari
pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode pembelajaran merupakan
usaha sadar yang ditempuh oleh pendidik dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
d.
Pengertian
Matematika Gasing
Matematika
gasing adalah sebutan untuk metode pembelajaran matematika yang dikembangkan oleh
Prof. Yohanes Surya, Ph.D. Dinamakan Gasing karena dalam penerapan pembelajaran
metode ini gampang, asyik, dan menyenangkan. Metode ini mencoba
memberi pengertian kepada siswa tentang konsep bilangan serta tekhnik
penjumlahan yang berupa tambahan, pengurangan, dan perkalian. Metode ini
ditujukan agar matematika menjadi gampang, asyik, dan menyenangkan Belajar
matematika metode gasing dimulai dari aritmatika paling dasar, yaitu pengenalan
angka dan metode penjumlahan, kemudian dikembangkan dengan metode perkalian,
pengurangan, pembagian, angka negatif, soal cerita dan lain-lain (Mastur Faizi, 2012: 112).
Penekanan
pertama pembelajaran metode ini selalu diawali dengan sesuatu yang
konkrit, sehingga anak-anak akan sangat mudah mengerti dan
mengaplikasinya. Penekanan kedua adalah anak-anak selalu diminta mencongak.
Matematika
Gasing adalah solusi terbaik untuk mempelajari matematika karena mampu
menghitung cepat (kali, bagi, tambah, kurang) tanpa alat, menyelesaikan soal
cerita dengan pendekatan logika dan eksplorasi (tanpa rumus) dan materi sesuai
dengan kurikulum sekolah.
Berdasarkan penelitian (2011) dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar FPB dan
KPK siswa kelas IV MI Assyafi’iyah NW Penangsak Melalui Pembelajaran Gasing
(gampang, Asyik dan Menyenangkan)” mengemukakan beberapa
kelebihan dan kekurangan dari metode gasing, yaitu:
Kelebihan
metode gasing
·
Membuat matematika menadi lebih gampang, asyik dan
menyenangkan karena dalam mengerjakan soal-soal matematika tidak harus
menghapal rumus-rumus matematika.
·
Waktu yang digunakan lebih efisien karena apabila
menggunakan rumus konvensional, soal-soal matematika umumnya baru dapat
diselesaikan oleh siswa dalamwaktu yang cukup lama. Tapi dengan metode gasing
siswa dapat menyelesaikan soal-soal dalam waktu yang relative lebih cepat.
Kekurangan
·
Pada saat ulangan berupa soal esaay, jika siswa tidak
menyertakan perhitungan dengan rumus, meskipun hasil jawabannya benar akan
tetap dinyatakan salah.
·
Secara umum metode gasing belum bisa diterapkan untuk
menyelesaikan soal-soal matematika diperguruan tinggi karena umumnya mahasiswa
dituntut untuk bisa menurunkan rumus.
2.
Kemampuan
Pemahaman Pecahan
a.
Pengertian
Pemahaman
Menurut W.J.S Poerwodarminto (1994) dalam kamus Bahasa Indonesia,
pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar tentang sesuatu
hal. Definisi di atas, tidak bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan
perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami. Maka arti
pemahaman yang bersifat operasional adalah diartikan sebagai melihat suatu
hubungan ide tentang suatu persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta
mengenai persoalan itu dikumpulkan.
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan
yaitu agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya.
Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena dengan
pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.
Menurut Purwanto (1994:44) pemahaman adalah tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya. Sementara Mulyasa (2005: 78) menyatakan bahwa pemahaman adalah
kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Pemahaman menurut
Hamalik (2003:48) adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai
faktor atau unsur dalam situasi yang problematis.
Pemahaman (understanding) pada pembelajaran
dapat dibedakan menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001).
Pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat
dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum
atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa
pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada
keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya, pemahaman yang kedua disebut
pemahaman relasional (relational understanding). Pada
tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal
tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat
terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang terkait pada situasi lain.
Pemahaman didefinisikan proses
berpikir dan belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman
perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses,
perbuatan dan cara memahami. Dalam Taksonomi Bloom, pemahaman adalah
kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan. Namun, tidaklah
berarti bahwa pengetahuan tidak dipertanyakan sebab untuk dapat memahami, perlu
terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.
Pemahaman dalam pembelajaran adalah
tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep,
situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hapal
secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang
ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan,
menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan,
memberi contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan.
Dari beberapa uraian di atas dapat
dikemukakan bahwa pemahaman merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk dapat
memahami arti suatu bahan pelajaran.
b.
Pengertian
Pecahan
Bilangan
pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan
bulat a dan b, ditulis a/b dimana b≠0, a disebut pembilang dan b
disebut penyebut (Tiurlina, 2012: 118).
Jenis-jenis
Pecahan menurut Tiurlina dalam (2012:119).
1. Pecahan
Senama
Pecahan
Senama merupakan pecahan yang memiliki penyebut yang sama.
Contoh:
1/8 , 2/8 , 3/8
2. Pecahan
Sederhana
Pecahan
Sederhana merupakan pecahan yang pembilang dan penyebutnya hanya mempunyai
faktor persekutuan satu.
Contoh:
1/3 , 2/5 , 5/8 , 7/9
3. Pecahan
Campuran
Pecahan
Campuran merupakan pecahan yang pembilangnya lebih besar daripada penyebutnya,
sehingga jika disederhanakan menghasilkan bentuk bulat dan pecahan.
Contoh:
13/(5
) = 2 3/(5 )
13/7 = 1 6/7
4. Pecahan
Ekivalen
Pecahan
Ekivalen merupakan pecahan yang senilai atau pecahan yang sama.
Contoh:
1/2 = 2/4 = 3/6 = 4/8
J. Prodesur
Penelitian
a. Metode
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan dengan menggunkan metode kuasi eksperimen dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua kelompok subjek penelitian yaitu
kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa penerapan pembelajaran
dnegan menggunakan metode matematika Gasing dan kelompok kontrol yang diberikan
pembelajaran metode ceramah. Russefendi (1994: 47) menjelaskan bahwa pada kuasi
eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima
keadaan subjek apa adanya.
b. Populasi
dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Purwakarta 1
Cilegon. Populasi dari penelitian ini ialah seluruh siswa kelas IV SDN
Purwakarta 1 pada tahun ajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive
sampling. Tekhnik purposive sampling adalah
tekhnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:124).
Sampel dalam penelitian ini adalah kelompok siswa di kelas IV-A dan IV B dengan
perlakuan siswa kelas IV-A sebagai kelas eksperimen dan kelas IV-B sebagai
kelas kontrol.
c. Tekhnik
Pengumpulan Data (Instrumen Penelitian)
Untuk memperoleh data dalam penelitian eksperimen
ini digunakan satu macam instrumen penelitian yaitu jenis tes. Instrumen jenis
tes merupakan tes pemahaman.
Tes kemampuan pemahaman dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data kuantiitatif berupa kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal pemahaman dengan materi pecahan. Tes yang digunakan
berupa soal uraian sebanyak 10 soal untuk mengukur pemahaman siswa terhadap
materi pecahan. Dalam penyusunan tes kemampuan pemahaman ini dilakukan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
a.
Membuat
kisi-kisi soal sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator
yang dikembangkan sesuai dengan silabus, dan indikator kemampuan pemahaman yang
akan diukur.
b.
Menyusun soal
pemahaman dengan materi pecahan dan membuat contoh kunci jawaban.
c.
Melakukan uji
coba tes dilanjutkan dengan menghitung validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda. Hal ini untuk mengetahui apakan soal yang
digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat. Pelaksanaan uji coba tes
dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Purwakarta 1, dengan pertimbangan bahwa
siswa kelas V telah mempelajari materi pecahan sebelumnya di kelas IV. Untuk
menjaga obyektivitas pada saat penskoran, maka diperlukan panduan dalam
memberikan skor pada jawaban tes siswa. Penskoran untuk pemahaman siswa pada
penelitian ini menggunakan pedoman Holistic
Scoring Rubrics yang dikembangkan oleh Cai, Lane, dan Jakabesin (1996).
Adapun pedoman penskoran tes pemahaman disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel
Penskoran untuk Tes Kemampuan Pemahaman
Skor
|
Respon Siswa
terhadap Soal
|
0
|
Tidak ada
jawaban/salah menginterpretasikan
|
1
|
Jwaban
sebagian besar mengandung perhitungan yang salah
|
2
|
Jawaban
kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti) penggunaaan algoritma lengkap,
namun mengandung perhitungan yang salah
|
3
|
Jawaban
hampir lengkap (sebagian petunjuk diikuti), penggunaan algoritma secara
lengkap dan benar namun mengandung sedikit kesalahan
|
4
|
Jawaban
lengkap (hampir semua petunjuk soal diikuti), penggunaan algoritma secara
lengkap dan, dan melakukan perhitungan dengan benar.
|
K. Jadwal
Penelitian
No
|
Jenis Kegiatan
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
1
|
Penyusunan
proposal
|
√
|
|||||||
2
|
Persiapan
|
√
|
|||||||
3
|
Pelaksanaan
penelitian
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||
4
|
Evaluasi kegiatan
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||
5
|
Penulisan laporan
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||
6
|
Diseminasi hasil
|
√
|
L. Biaya
yang diusulkan
Biaya yang diperlukan dalam penelitian ini seperti pada tabel berikut
ini.
Tabel Rincian Biaya Penelitian
No
|
Jenis
Pengeluaran
|
Jumlah
(Rp)
|
1
|
Gaji dan upah
pelaksana kegiatan
|
5.000.000,00
|
2
|
Bahan habis
|
7.500.000,00
|
3
|
Peralatan
|
3.000.000,00
|
4
|
Perjalanan dan
konsumsi
|
2.000.000,00
|
5
|
Lain-lain
|
500.000,00
|
Jumlah
|
18.000.000,00
|
DAFTAR PUSTAKA
Cirukem. (2013).
Pemahaman Siswa dalam Proses Belajar. [Online].
Tersedia: http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/penelitian/. [28 Desember
2013]
Faizi, Mastur
(2012). Ragam Metode Mengajarkan Eksakta
Pada Murid. Yogyakarta: Diva Press
Fitriani, R.S.
(2013). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Tipe Stad terhadap Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah
Dasar”. Tesis Magister Pendidikan pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Referensi
Makalah. (2013). Pengertian Pemahaman dan
Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.referensimakalah.com/2013/05/pengertian-pemahaman-dalam-pembelajaran.html. [28 Desember
2013]
Safira. (2010). Definisi Pembelajaran. [Online].
Tersedia: http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/definisi-pembelajaran.html.
[28 Desember 2013]
Sugiyono (2012).
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung: Alfabeta
Yusnandar, Eddy
(2012). Belajar dan Pembelajaran di SD.
Serang: Ikhwan Mandiri Press
Thank's kaa infonyaa :3
BalasHapusIJIN COPY YA TRIMS
BalasHapus