Aku adalah seorang wanita pecinta senja. Entah sejak kapan aku mulai menyukainya, aku tidak pernah tau. Yang pasti hingga detik ini, senja selalu menjadi pemandangan yang aku nanti-nantikan. Terlebih jika aku menikmatinya di tepi pantai dengan semilir angin yang begitu menyejukkan dan juga melegakan. Segala penat seharian seakan sirna begitu saja.
Namun, sejak saat itu pula orang-orang yang aku rasa dia adalah takdirku seakan benar-benar menjadi senja. Indah, datang disingkatnya waktu dalam hidupku namun sangat bermakna. Setelah lima tahun yang lalu aku kehilangan "senja pertamaku" saat ini pun aku kehilangan dia "senja kedua" yang aku fikir seseorang yang akan menggenapiku.
Aku sering bertanya-tanya mengapa Tuhan dengan teganya mempertemukan aku dengan seseorang yang aku pun tidak mengenalnya sama sekali sebelumnya, untuk kemudian kita bercerita begitu dalam hingga akhirnya aku membiarkan dia masuk kedalam kehidupanku. Sebelum mengenalnya aku baik-baik saja. Lantas mengapa setelah dia pergi aku seakan kehilangan tenaga dan tidak berdaya. Aku tidak memahaminya padahal sejatinya aku kehilangan seseorang yang belum aku miliki sama sekali. Ya, kehilangan namun tidak memiliki. Bisakah disebut kehilangan jika tidak pernah dimiliki? Entahlah, akupun tidak mengerti. Yang aku tau sejak saat itu aku seperti bukan diriku. Segala hal yang berkaitan dengannya selalu aku hindari. Bukan, bukan aku tidak menerima. Aku sedang belajar menerima semua takdirnya, takdir jika kita tidak diizinkan untuk bersatu. Dan caraku saat ini adalah dengan tidak mendekati hal-hal yang berkaitan denganmu.Tapi ternyata itu sangat sulit.
Aku belum pernah semenderita ini sebelumnya. Aku termasuk orang yang bisa tetap bahagia meskipun dengan sendiriku. Tapi tidak untuk saat ini. Mungkin karena usiaku yang terus bertambah dan teman-temanku yang yang dekat denganku hampir semua sudah berkeluarga bahkan dikaruniai anak-anak yang lucu-lucu.
Lantas, bolehkah hingga detik ini aku mendo'akanmu? Bolehkah hingga detik ini namamu yang selalu aku rapal dalam sujud panjang di sepertiga malamku? Bolehkah Tuhan?
Namun, sejak saat itu pula orang-orang yang aku rasa dia adalah takdirku seakan benar-benar menjadi senja. Indah, datang disingkatnya waktu dalam hidupku namun sangat bermakna. Setelah lima tahun yang lalu aku kehilangan "senja pertamaku" saat ini pun aku kehilangan dia "senja kedua" yang aku fikir seseorang yang akan menggenapiku.
Aku sering bertanya-tanya mengapa Tuhan dengan teganya mempertemukan aku dengan seseorang yang aku pun tidak mengenalnya sama sekali sebelumnya, untuk kemudian kita bercerita begitu dalam hingga akhirnya aku membiarkan dia masuk kedalam kehidupanku. Sebelum mengenalnya aku baik-baik saja. Lantas mengapa setelah dia pergi aku seakan kehilangan tenaga dan tidak berdaya. Aku tidak memahaminya padahal sejatinya aku kehilangan seseorang yang belum aku miliki sama sekali. Ya, kehilangan namun tidak memiliki. Bisakah disebut kehilangan jika tidak pernah dimiliki? Entahlah, akupun tidak mengerti. Yang aku tau sejak saat itu aku seperti bukan diriku. Segala hal yang berkaitan dengannya selalu aku hindari. Bukan, bukan aku tidak menerima. Aku sedang belajar menerima semua takdirnya, takdir jika kita tidak diizinkan untuk bersatu. Dan caraku saat ini adalah dengan tidak mendekati hal-hal yang berkaitan denganmu.Tapi ternyata itu sangat sulit.
Aku belum pernah semenderita ini sebelumnya. Aku termasuk orang yang bisa tetap bahagia meskipun dengan sendiriku. Tapi tidak untuk saat ini. Mungkin karena usiaku yang terus bertambah dan teman-temanku yang yang dekat denganku hampir semua sudah berkeluarga bahkan dikaruniai anak-anak yang lucu-lucu.
Lantas, bolehkah hingga detik ini aku mendo'akanmu? Bolehkah hingga detik ini namamu yang selalu aku rapal dalam sujud panjang di sepertiga malamku? Bolehkah Tuhan?
Komentar
Posting Komentar