Langsung ke konten utama

Senja Terakhir

Aku adalah seorang wanita pecinta senja. Entah sejak kapan aku mulai menyukainya, aku tidak pernah tau. Yang pasti hingga detik ini, senja selalu menjadi pemandangan yang aku nanti-nantikan. Terlebih jika aku menikmatinya di tepi pantai dengan semilir angin yang begitu menyejukkan dan juga melegakan. Segala penat seharian seakan sirna begitu saja.
Namun, sejak saat itu pula orang-orang yang aku rasa dia adalah takdirku seakan benar-benar menjadi senja. Indah, datang disingkatnya waktu dalam hidupku namun sangat bermakna. Setelah lima tahun yang lalu aku kehilangan "senja pertamaku" saat ini pun aku kehilangan dia "senja kedua" yang aku fikir seseorang yang akan menggenapiku.
Aku sering bertanya-tanya mengapa Tuhan dengan teganya mempertemukan aku dengan seseorang yang aku pun tidak mengenalnya sama sekali sebelumnya, untuk kemudian kita bercerita begitu dalam hingga akhirnya aku membiarkan dia masuk kedalam kehidupanku. Sebelum mengenalnya aku baik-baik saja. Lantas mengapa setelah dia pergi aku seakan kehilangan tenaga dan tidak berdaya. Aku tidak memahaminya padahal sejatinya aku kehilangan seseorang yang belum aku miliki sama sekali. Ya, kehilangan namun tidak memiliki. Bisakah disebut kehilangan jika tidak pernah dimiliki? Entahlah, akupun tidak mengerti. Yang aku tau sejak saat itu aku seperti bukan diriku. Segala hal yang berkaitan dengannya selalu aku hindari. Bukan, bukan aku tidak menerima. Aku sedang belajar menerima semua takdirnya, takdir jika kita tidak diizinkan untuk bersatu. Dan caraku saat ini adalah dengan tidak mendekati hal-hal yang berkaitan denganmu.Tapi ternyata itu sangat sulit.
Aku belum pernah semenderita ini sebelumnya. Aku termasuk orang yang bisa tetap bahagia meskipun dengan sendiriku. Tapi tidak untuk saat ini. Mungkin karena usiaku yang terus bertambah dan teman-temanku yang yang dekat denganku hampir semua  sudah berkeluarga bahkan dikaruniai anak-anak yang lucu-lucu.
Lantas, bolehkah hingga detik ini aku mendo'akanmu? Bolehkah hingga detik ini namamu yang selalu aku rapal dalam sujud panjang di sepertiga malamku? Bolehkah Tuhan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembelajaran Apresiasi Sastra Sekolah Dasar

BAB II PEMBAHASAN A.     HAKIKAT SASTRA ANAK 1.       PENGERTIAN, SIFAT, DAN HAKIKAT SASTRA ANAK Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar orang menyebutan atau mengucapkan ata sastra anak, cerita anak atau bacaan anak. Namun kenyataannya, istilah sastra anak dalam beberapa kamus istilah sastra, seperto Kamus Istilah Sastra ( Panuti Sudjiman, 1990: 71-72) dan Kamus Istilah Sastra ( Abdul Rozak Zaidan, et al. 1994: 181-184), tidak ditemukan lema itu. Demikian juga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1998: 786-787) atau Kamus Bahasa Indonesia Besar (Kamisa, 1997: 473) pun tidak kita temukan lema atau sublema sastra anak. Kata sastra anak merupakan dua patah kata yang dirangkaikan menjadi satu kata sebut, yaitu dari kata sastra dan kata anak. Kata sastra berarti ‘karya seni imajinatif dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa’ (Rene Wellek, 1989). Karya seni imajinatif yang bermedium bahasa itu dapat dalam ...

Hubungan Volume Bola dan Volume Tabung

LEMBAR KERJA SISWA Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Model Pembelajaran Matematika Dosen, Dra. Tiurlina, M.Pd. Disusun oleh, Asti Khotimah                          (1100450) Sunny Sufiyah                          (1100533) Siti Herlina                                (1102813) Apriliani                                    (1103856)          ...

“Pandangan Islam Terhadap Fenomena Budaya Pacaran”

BAB I PENDAHULUAN A.   Latatar Belakang Perkembangan zaman dan arus globalisaasi semakin hari semakin berkembang dengan pesat. Tak hentinya budaya-budaya barat berdatangan menyapa negara timur termasuk dengan Indonesia. Banyak hal positif dan negatif yang dapat diambil dari arus globalisasi ini. Termasuk kedalam hal yang negatif  adalah membudayanya perilaku pacaran. Jika ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran merupakan bagian dari kultur Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum menikah seperti puppy love (cinta monyet), dating (kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan). Pacaran merupakan hal yang sudah biasa dilakukan oleh sebagian besar orang  pada umumnya serta remaja khususnya, baik yang bertujuan untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah untuk menikmati masa muda mereka, dimana kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bagaimana hukum pacaran itu menurut ...